Selasa, April 14, 2009

FACEBOOK OH FACEBOOK

Macet....lapar...pusing...capek..sebel...hahahaha...hihihihi...hohoho...
Ya itulah kurang lebih yang menggambarkan perasaan hati seseorang...yang sekarang ini tiba-tiba lebih cenderung curhat kedalam “Facebook”, yang menjadi suatu budaya (life-style) tertentu yang masuk dalam kehidupan manusia saat ini.

Seiring perkembangan zaman dan teknologi, kejenuhan dari rutinnya aktifitas sehari-hari membuat manusia membutuhkan hiburan. Dan sekarang ini kharisma facebook memang semakin buat kita betah berlama-lama di depan komputer ataupun HP yang punya fasilitas GPRS. Akibatnya, pekerjaan (kegiatan) kita sering terabaikan, sampai-sampai sebelum tidur, makan, keluar rumah, dsb kita kasih status kita lagi. Bahkan di saat bekerjapun, terkadang orang (termasuk saya) sering curi-curi waktu hanya untuk membuka facebook dan melihat “notification, status, notes ataupun teman lama yang request”.

Selain dampak positif untuk jejaring sosial, menurut ahli psikologi Inggris, Dr. Aric Sigman, kecanduan facebook dapat memicu berbagai penyakit diantaranya kangker, stroke sampai demensia, menurunkan level kontak fisik seseorang. Menurutnya pula, fenomena ini juga dapat menimbulkan efek negatif biologis, kurangnya pertemuan face to face dikatakannya mengubah kerja gen, respons kekebalan berkurang, level hormon, fungsi arteri dan mempenaruhi keadaan mental. Menurut Dr. Aric pun bahwa situs jejaring seperti ini berperan penting membuat orang semakin terisolasi, waktu berinteraksipun langsung turun secara drastis semejak pengadopsian media elektronik melonjak. Interaksi di dunia nyata dengan dengan orang lain memberi manfaat bagi tubuh kita, yang tidak diperoleh dari relasi melalui media elektronik.

Sabtu, April 11, 2009

Sepenggal Kisah Untuk Menyikapi Hidup Ini

Duduk manis menikmati sajian yang enak, namun kita tidak mengetahui yang sedang dirasakan oleh sang pelayan restoran. Sewaktu menikmati makan di salah satu restoran, terlihat olehku seorang pelayan yang kayaknya merasakan sakit diperutnya, dia merintih kesakitan sambil bersembunyi, saat ketika dia melewatiku kutanya pada pelayan tersebut, “kenapa kamu?” Jawabnya : “saya lagi sakit pak”. Terus saya tanya kembali: “kenapa kamun gak istirahat?” Jawabnya kembali “Kalau saya tidak kerja, saya tidak dapat upah pak.” Lalu dia langsung meninggalkan saya. Sepenggal kisah tadi adalah contoh orang yang tegar dalam hidup ini.

Ada sebuah kisah lain yang patut menjadi renungan kita bersama bagaimana kita menyikapi hidup ini dan bagaimana perjuangannya. Pada suatu ketika seseorang menemukan kepompong seekor kupu. Suatu hari lubang kecil muncul. Dia duduk mengamati dalam beberapa jam calon kupu-kupu itu ketika dia berjuang dengan memaksa dirinya melewati lubang kecil itu. Kemudian kupu-kupu itu berhenti membuat kemajuan. Kelihatannya dia telah berusaha semampunya dan dia tidak bisa lebih jauh lagi.

Akhirnya orang tersebut memutuskan untuk membantunya. Dia mengambil sebuah gunting dan memotong sisa kekangan dari kepompong itu. Kupu-kupu tersebut keluar dengan mudahnya. Gembira hati orang tersebut karena telah melepaskan kesulitan yang diderita oleh kupu-kupu itu. Namun, kupu-kupu tadi mempunyai tubuh gembung dan kecil, sayap-sayapnya mengkerut. Orang tersebut terus mengamatinya karena dia berharap bahwa, pada suatu saat, sayap-sayap itu akan mekar dan melebar sehingga mampu menopang tubuhnya, yang mungkin akan berkembang seiring dengan berjalannya waktu.

Kenyataannya, kupu-kupu itu menghabiskan sisa hidupnya merangkak di sekitarnya dengan tubuh gembung dan sayap-sayap yang mengkerut. Dia tidak pernah bisa terbang. Yang tidak dimengerti dari kebaikan dan ketergesaan orang tersebut adalah bahwa kepompong yang menghambat dan perjuangan yang dibutuhkan kupu-kupu untuk melewati lubang kecil adalah jalan Tuhan untuk memaksa cairan dari tubuh kupu-kupu itu ke dalam sayap-sayapnya sedemikian sehingga dia akan siap terbang begitu dia memperoleh kebebasan dari kepompong tersebut.

Dari kisah tersebut kalau kita renungi kadang-kadang yang namanya perjuangan adalah suatu yang kita perlukan dalam hidup kita. Jika Tuhan membiarkan kita hidup tanpa hambatan dan perjuangan, itu mungkin justru akan melumpuhkan kita. Kita mungkin tidak sekuat yang semestinya yang dibutuhkan untuk menopang cita-cita dan harapan yang kita mintakan. Atau kita mungkin tidak akan pernah dapat “Terbang“ bila kita tidak dilatih oleh Tuhan.

Percayahkah kamu kalau Tuhan itu ada dan Maha Melihat dan Maha Mengetahui apa yang sebenarnya yang terbaik untuk kita semua?